12/30/2008

Aku Merindukannya....!!!

Aku termenung ketika telah selesai ditelpon oleh kedua ortuku di saudi, aku g bisa bergerak ketika telponya tiba2 mati padahal pembicarannya belum final.sebuah kalimat yang terakhir itulah yang sulit untuk aku lupakan.
Aneh,,, aku merasakan hal aneh itu, kemaren aku di telpon beberapa kali setelah aku angkat akan tetapi selalu putus sendiri, sampe hal itu terulang hingga tak aku lupa berapa kalinya. akan tetapi tadi malem, akhirnya aku bisa mendengarkan suara dari kedua orang tuaku. dalam percakapannya aku mearasa biasa, nyante, g ada perasaan aneh.
basa-basi yang aku keluarkan pun tidak melampaui batas, karena emang tidak bisa aku pungkiri bahwa aku sangat meringdukannya, walapun ketika ibuku bertanya dan melarang : 'kamu g boleh merindukan kami nak" dengan sangat sulit aku coba menjawab untuk tegar :"sante mawon bu, kan aku sudah terbiasa jauh dari rumah. akan tetapi sebenernya rasa rindu ini sudah g bisa diibaratkan lagi, aku telah menahan rasa ini, tapi apa boleh buat.. gara2 visa g turun atau gara2 apa aku juga g tau, yang menurut rencana kita bisa ketemuan di makkah, akan tetapi harus mencoba untuk bersabar karena aku g dapet visa. sebuah rencana yang sudah kami buat sebelum aku berangkat ke negeri seribu menara ini kurang lebih sudah 3 tahun kami rencanakan, akan tetapi kenyataannnya belum bisa terpenuhi, kanda dalam bulan ini.
Aku bingung ketika ditawarin minta apaan, karena mungkin aku emang lg kosong g punya ide apa2... kemudian terselip kata jalabiah, yawdah aku pesen jalabiah aja,... :d

Akan tetapi ketika aku dimanati ini itu, demi menunjang semangat aku untuk belajar disini, dan aku pun meresapi apa yang ibuku dawuhkan, dengan perasaan terharu dan mengingat-ingat yang ibuku amanatkan hingga membuatku tertegun, hanya kata 'njeh' yang bisa aku ucapkan. akan tetapi ketika ibuku dawuh : ojo pacaran sek..." tiba2 pembicaraan terputus, aneh.... g tau tiba2 mati sendiri. apakah ini sebuah teka-teki? aku belum tau, blm bisa menyimpukan hal itu. semoga aku cepat bisa menemukan jawabanya.... AMieeen....

12/20/2008

Hari Jum'at yang Sedih


Ehm….

Terasa mendung dihatiku ini, baru bangun pagi sudah terasa lemes. Lemes dengan segala aktifitas, lemes dengan segala beban pikiran yang selalu membayangiku. Sebenernya aku merasa capek dengan semua ini, dengan semua yang telah dibebankan kepadaku, akan tetapi aku merasa tidak enak, aku masih menginginkan kesetiakawanan dan aku ingin selalu menjaga hubungan itu.

Aneh, pagi ini aku merasakan ada yang aneh diperasaan dan kondisi badanku, aku merasakan badanku lemes akan tetapi bukan karena kecapekkan setumpuk pekerjaan, yang membuatku aneh tiba-tiba merasakan badanku meriang, padahal tidak ada tanda-tanda sakit. Semuanya aneh… dan aku gak tau itu semua pertanda ada apa dengan diriku, ada apa yang akan terjadi padaku?

Terasa sulit melewati hari ini, aku merasakan berat sekali, tatkala pagi-pagi banget sudah di telpon dan dikabari bahwa ada HP yang hilang entah itu ketinggalan di tempat penginapan atau lupa naruhnya, akan tetapi perasaanku sudah mulai aneh, bukannya pagi2 sarapan sepotong roti tawar lengkap dengan coklat dan kejuanya, serta secangkir kopi susu yang setia menemaniku setiap pagi. Akan tetapi hari ini, pagi ini tentunya, aku malah di hebohkan dengan berita yang kurang mengenakkan. Aku sudah berusaha untuk menemukan hp yang ketinggalan tersebut dengan segala keterbatasanku dan juga temen-temenku, akan tetapi nihil, hp yang dicari gak juga urun ketemu, padahal sudah aku coba telpon hingga nyampe 10 kali. Aku merasa canggung dan g enaknya bukan maen, emang sih aku itu orangnya g enak-an, akan tetapi hari ini aku merasakan rasa itu dengan sangat, apa mungkin karena ini tugas dan tanggungjawab aku.

Ternyata…

Ya Allah..

Ada apa dengan semua ini? Aku tak sadar, aku bingung, aku heran, aku bener2 gak percaya dengan semua yang berjalan serangkaian kejadian di sore ini. Semuanya lewat seperti sudah terencana, mengalir bagaikan sebuah kejadian yang sudah terorganisir. Aku tertegun dan tak sadarkan diri ketika kuhitung lagi uang yang aku terima dari salah seorang tamu, yang pada awalny aku sungguh yakin, haduh ternyata beda…. Dengan kepala dingin aku langsung ngucapin :’ yaudah gpp deh’ dalam benakku aku coba untuk mengatakan kata-kata itu. Aku coba menghibur diri dengan kupalingkan pikiranku dari masalah itu, akan tetapi hatiku semakin menjadi sakit tatkala aku buka amplop yang didalamnya berisini ratusan dollar uang yang sudah menjadi tanggungjawab dan amanat bagiku, setelah aku hitung kembali dan ternyata kurang 30 USD, aku sudah g sadar dengan semua ini. Perasaan tentang masalah yang tadi sudah aku coba untuk aku lupakan, akan tetapi tiba2 ditambah lagi dengan masalah yang sama…..

Aku pengen marah… hatiku sakit… sakit banget…. Aku pengen maraaah… ada apa dengan semua ini? Ada apa dengan hari ini? Mengapa hari ini aku begini? Sederet pertanyaan muncul begitu saja, tanpa aku sadari. Huuuuuuuuuuuuuuufff… aku coba tairk nafas mencoba melegakan hati dan menaha emosi yang berkobar. Sebenernya aku pengen mara….h tapi pada siapa aku harus marah? Aaaaaaaaaaaaaaah…

Aku coba untuk bersabar dengan semua yang terjadi pada hari ini, dengan segala keterbatasan kesabaranku, alhamdulillah aku bias menahan emosi itu. Akan tetapi rasa yang terbesik tak urung juga pergi, entah sampai kapan kenangan ini akan menjamur dihaitku.

Aku hanya berharap semua ini akan ada hikmahnya yang bias aku ambil, dan aku hanya ingin itu, sebuah kesadaran yang akan tumbuh pada hati dan pikiranku, sehingga membuat aku menjadi dewasa denan semua ini, bias menjadikan sebuah perjalanan sejarah yang akan menuntunku kedalam bahtera masa depan yang penuh gemilang.

Bukan karena apa-apa aku menerima tanggungjawab ini semua, akan tetapi hanya karena Allah dan karena keinginan aku untuk menjalin hubungan yang baik, aku ingin menjadi seorang temen yang bias mengerti temen, dan aku ingin belajar itu.

12/18/2008

12/10/2008

Malem Lebaran IduL Adha 1429 H





Waaah... asiiik bgt neh pada malem lebaran kali ini dengan acara masak bakso bareng²... sampe puasss banget...

12/09/2008

Lebaran IdhuL adHa 1429 H

Lebaran... untung cepat datang... hamdulillah... ketika aku sedang setress ada penawar yang datang untuk menyelipkan ramuan penyejuk hati dan perasaanku yang sedang gundah dan sedih. Aku cukup terhibur dengan semua itu, akan tetapi terkadang terbesit rasa perih yang melilit, sampai-sampai aku g kuat menahan rasa itu.

Dosa apakah yang telah aku perbut? sebuah pertanyaan yang tiba² muncul begitu saja, mencekik aku dari belakang. sebuah perenungan yang pediih, yang sulit untuk aku terima hingga membuat hati ini bimbang untuk memilih diantara jalan² yang bercabang.

Akan tetapi seperti mati rasa, yang kemaren pilu sekarang udah lumayan,, ketika mentari itu menyapaku dengan kelembutan cahayanya. Aku merasa nyaman ketika dia ada, ketika dia melemparkan senyuman padaku, tak tau kenapa hati ini menjadi plooong... hanya sembah syukur hamba ya Allah, yang tak lelah²nya menorehkan anugrah n kenikmatan pada hamba yang penuh dosa.

Sebuah Perjalanan yang Belum Sempurna

Sedih.. apalah aku harus bersedih?? ketika sebuah keinginanku yang belom tercapai??... aku sudah berusaha untuk mendapatkan itu... tapi mungkin aku cuman bisa pasrah dengan ketentuan yang telah terjadi padaku sekarnag.

Aku cuman bisa merenungi nasib setelah melalui perjalan yang melelahkan, demi untuk mencapai tujuan itu... tapi gimana lagi.. wong belom bisa tercapai, padahal semua persyaratan sudah aku lengkapi.

Apa boleh buat... semuanya berjalan atas kehendak-Nya, aku g bisa memprotes itu semua, hanya keyakinan yang bisa aku perbuat. sebagai manusia ya hanya berusaha untuk selalu bisa menerima semua hal yang terjadi, karena aku yakin itu yang terbaik, dan mungkin aku belum pantas untuk mendapatkan semua itu.

huuuuf... ada apa dengan semua ini?

11/23/2008

Lebaran di Cairo Mesir






Wah.. lebaran di negeri orang emang g rame seperti di negeri sendiri, emang indah coy lebaran di kampung itu, kangen bgt gw.... klo disini sepi bgt... bikin pengen pulang... hehehe...

Peringatan Nuzulul Qur'an 17 ramadlon di KBRI Cairo Mesir







Kemeriahan peringatan Nuzulul qur'an 17 Ramadlon di KBRI Cairo Mesir, dengan mengambil tema "Fungsi Al-Qur'an Debagai Petunjuk Umat" dengan penceramah Gus Ghofur, dan pak dubes....

Kemeriahan HUT RI di Mesir




Kemeriahan HUT Indonesia yang ke-63 di Mesir, yang diadakan di City Game, Nasr City, Cairo, Egypt....

Di Sekretariat




Nyante dalam sekretariat KSW.... yang dingin bgt, soalny dan winter.... gila dingin abiz...

Sante



wah... lagi nyante n ngobrol ma temen2.... bang, HP-nya g ada pulsanya tuh... hahaha...

Piagam Penghargaan



wah belum mandi disuruh nyerahin piagam penghargaan... isine pwooollll..... hahaha

Guitar, Gitar tak bersuara




Wah... Gaya bgt... Padahal g bisa maenin gitar.. hahaha... Parah bgt sih gw...

Uangku



wah uangku sekarang udah gak ada ditanganku, siang itu, aku berikan uang tsb kepada temenku, aku percayakan semua padanya untuk mengurus urusanku. Aku memang bergarap supaya bisa mecapai keinginanku, sampai sekarang masih tetap berharap semoga keinginan itu terkabul.
Emang yang namanya indonesian gak di negara sendiri ataupun di negara orang semua sama aja, susah bgt untuk dipercaya, susah bgt untuk dimintai pertolongan karena semuanya harus dengan uang, semuan berpikiran bisnis dan harus menggunakan uang pelumas.... wah seperti mesin aja orang ini, minumannya OIL TOP1 yang hargany mahal.
Susah banget sih mencari orang yang diajak untuk bersaudara dan bersahabat. yag... semoga aku bisa mendapatkan itu, dan tercapai apa yang aku inginkan dan aku cita-citakan. AMin...


Uangku....



waktu tidur..... sprt mayat....

11/22/2008




ya buat para pengendara BMW dilarang melwati jalan ini... jalan ini khusus buat pengendara truk dan buldoser... hahahaha....



ehm.... lg melamun di Nadi Syabab Abbasea....

11/18/2008

Sebuah Angan Untuk 'Kopyah Putih'

Kemaren sore, tepatnya hari Ahad 16 November 2008 adalah detik2 yang menegangkan buat para calon pemake kopyah putih, karena kemaren tuh hari dilaksanakanny undian yang berhak untuk berangkat dan memakai kopyah putih.
Sebenarny aku sendiri juga udah daftar kurang lebih 3 minggu yang lalu, akan tetapi setelah aku di konfirmasi, eh... ternyata aku tidak masuk dalah undian. yah,,, aku g tau,,, kenapa pada tahun ini kok dipersulit, tidak seperti tahun-tahun yang lalu, yang mudah dalam pengurusannya, yang cuman dikit persyaratnnya. Akan tetapi pada tahun ini, eh ternyata dipersulit, malahan ada quota juga, yang bikin tidak masuk akal ternyata quotanya cuman 50 dari 400-san lebih calom berkopyah putih itu.
Ternyata tidak ada yang jelas,,,, sulit,,, tidak seperti yang aku pikirkan, dan tiask sesuai dengan apa yang aku inginkan. semuanya berjalan melawan arahku, hingga membuat hati ini bertanya-tanya, kenapa...kenapa semuanya terjadi seperti ini?? dari 400-san lebih calon berkopyah putih semuanya pada kebingungan, ingin mencari jalan supaya dapat memenuhi panggilan,,, emang sungguh susah jadi orang kecil yang hanya bisa menundukkan kepala ketika sang provokator berdakwah.
Mungkin aku adalah sebagian kecil dari mereka yang tertindas, akan tetapi aku merasa bahwa kejadian ini adalah hal tersulit bagiku, karena semua ini sudah aku rancang 3 tahun lalu, akan tetapi kini hampir sirna. aku kurang tahu kenapa semuanya menjadi seperti ini??? mungkin hanyalah permainan para provokator yang mencekik,,,,ah.... g tau ah... aku g mau su'udzon... yang sekarang aku bisa lakukan hanya berdo'a semoga semuanya berjalan lg sesuai yang aku inginkan, semuanya terwuhud sesuai apa yang aku rancang 3 tahun silam,,,, Ya Allah... aku kurang bisa menerima bila semuanya lewat sprt ini saja, yang membuat hatiku pilu,,,,
Akan tetapi aku mencoba untuk bersabar dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang emang terkadang akan jauh melenceng dari arah yang kita rancang, tapi aku hanya sebutir nasi yang sudah menyampah, tp aku hanya ingin menjadi yang terbaik.
Semoga cara yang laen bisa ditempuh dan berjalan dengan lancar....
AMin,,,,,,,....

11/08/2008

Menunggu Kepastian 'itu'

Ternyata yg aku pikirkan selama ini salah, aku kira urusan-urusan ini sulit dan ribet, dari awal aku udah mulai menciut semangat ini, dikarenakan kurangnya temen untuk membantuku dalam masalah ini. Akan tetapi dipertengahan jalan akhirnya aku mendapatkan kesejukan itu, seorang sahabat yang baru saja aku kenal, akan tetapi jasanya sungguh luar biasa bagiku.
Step demi step telaj aku jalankan dan aku lalui dengan lancar, yang terkadang ada juga kendala yang harus aku adepin, akan tetapi semuany terasa mudah dengan bantuan seorang sahabatku itu,

10/29/2008

Akhirnya Kudapatkan TASHDIQ itu

Seminggu lamanya aku bolak-balik ke kampus dengan semangat dan kekuatan yang ada, dengan udara yg sudah agak dingin, aku relakan semuanya hanya untuk setengah lembar kertas ukuran A4.
Hari pertama aku datang dengan penuh niatan dan tekad serta senyuman hingga membuat dinginnya udara musim dingin terlupakan olehku, akan tetapi apaboleh buat semuanya bagai sirna ketika aku sudah sampai di kampus dan ternyata petugasny ghoib alias tidak datang. Dengan penuh keluhan yang aku coba pendam dan mencoba untuk bersabar, aku menarik nafas supaya dapat meredam semua yang telah terjadi,,..
Hari berikutnya aku mencoba untuk menapaki kesabaran dalam hidup, walaupun suasana bus 80 coret udah sampai pintu, gara2 banyakny penumpang, akan tetapi aku masih saja ingin mencoba untuk mendapatkan secuil kertas itu. Lagi2 apalah daya seorang mahasiswa yg tak bisa apa2 ketika melihat meja kerja syu'un yuang kosong. Kesal sih kesal tapi harus gmn lg...??
Setelah seminggu akhirnya aku mendapatkan itu juga, dengan pujian syuklur

10/17/2008

Mengkritisi Konsep Teo-Demokrasi

Makna Teo-Demokrasi

Konsep teo-demokrasi merupakan konsep sistem politik Islam yang digagas oleh Abul A’la al-Maududi (lahir 1903), ulama Pakistan yang mendirikan gerakan Islam Jamaat-e-Islami pada tahun 1940-an. Konsep itu dituangkan dalam bukunya yang terkenal, Al-Khilâfah wa al-Mulk (Khilafah dan Kekuasaan), yang terbit di Kuwait tahun 1978.
Seperti dapat diduga dari istilahnya, konsep teo-demokrasi adalah akomodasi ide teokrasi dengan ide demokrasi. Namun, ini tak berarti al-Maududi menerima secara mutlak konsep teokrasi dan demokrasi ala Barat. Al-Maududi dengan tegas menolak teori kedaulatan rakyat (inti demokrasi), berdasarkan dua alasan:
Pertama, karena menurutnya kedaulatan tertinggi adalah di tangan Tuhan. Tuhan sajalah yang berhak menjadi pembuat hukum (law giver). Manusia tidak berhak membuat hukum.
Kedua, karena praktik “kedaulatan rakyat” sering justru menjadi omong-kosong. Partisipasi politik rakyat dalam kenyataannya hanya dilakukan setiap empat atau lima tahun sekali saat Pemilu, sedangkan kendali pemerintahan sehari-hari sesungguhnya berada di tangan segelintir penguasa yang—sekalipun mengatasnamakan rakyat—sering malah menindas rakyat demi kepentingan pribadi (Amien Rais, 1988: 19-21).

Namun demikian, ada satu aspek demokrasi yang diterima al-Maududi, yakni bahwa kekuasaan (Khilafah) ada di tangan setiap individu kaum Mukmin. Khilafah tidak dikhususkan bagi kelompok atau kelas tertentu. Inilah yang—menurut al-Maududi— membedakan sistem Khilafah dengan sistem kerajaan. Dari sinilah al-Maududi lalu menyimpulkan, “Dan ini pulalah yang mengarahkan Khilafah Islamiyah ke arah demokrasi, meskipun terdapat perbedaan asasi antara demokrasi Islami dan demokrasi Barat...” (Al-Maududi, 1988: 67).
Mengenai teokrasi, yang juga menjadi akar konsep teo-demokrasi, sebenarnya juga ditolak oleh al-Maududi, terutama teokrasi model Eropa pada Abad Pertengahan di mana penguasa (raja) mendominasi kekuasaan dan membuat hukum sendiri atas nama Tuhan (Amien Rais, 1988: 22). Meskipun demikian, ada anasir teokrasi yang diambil al-Maududi, yakni pengertian kedaulatan tertinggi ada di tangan Allah. Dengan demikian, menurut al-Maududi, rakyat mengakui kedaulatan tertingggi ada di tangan Allah, dan kemudian, dengan sukarela dan atas keinginan rakyat sendiri, menjadikan kekuasaannya dibatasi oleh batasan-batasan perundang-undangan Allah Swt. (Al-Maududi, 1988: 67).
Walhasil, secara esensial, konsep teo-demokrasi berarti bahwa Islam memberikan kekuasaan kepada rakyat, tetapi kekuasaan itu dibatasi oleh norma-norma yang datangnya dari Tuhan. Dengan kata lain, teo-demokrasi adalah sebuah kedaulatan rakyat yang terbatas di bawah pengawasan Tuhan. Atau, seperti diistilahkan al-Maududi, a limited popular sovereignty under suzerainty of God (Amien Rais, 1988: 23-24). Dalam bukunya yang lain, yaitu Islamic Law and Constitution (1962: 138-139), al-Maududi menggunakan istilah divine democracy (demokrasi suci) atau popular vicegerency (kekuasaan suci yang bersifat kerakyatan) untuk menyebut konsep negara dalam Islam (Asshidiqie, 1995: 17).

Penggunaan Istilah Teo-Demokrasi

Catatan kritis pertama adalah penggunaan istilah teo-demokrasi itu sendiri. Bolehkah kita menggunakan istilah Barat yang maknanya bertentangan dengan Islam, seperti teokrasi dan demokrasi, lalu diberi makna baru atau catatan-catatan agar tidak bertentangan dengan Islam?
Memang, al-Maududi sendiri menolak konsep teokrasi dan demokrasi ala Barat yang sekular. Benar pula bahwa beliau pun lalu memberikan muatan makna baru yang islami seraya menolak muatan makna yang sekular. Namun, beliau sendiri tidak pernah menjelaskan argumentasi yang membolehkan pemaknaan ulang suatu istilah asing seperti yang dia lakukan. Inilah kiranya satu celah kelemahan konsep teo-demokrasi.
Menurut Taqiyuddin an-Nabhani, jika suatu istilah asing mempunyai makna yang bertentangan dengan Islam, istilah itu tidak boleh digunakan. Sebaliknya, jika maknanya terdapat dalam khazanah pemikiran Islam, istilah tersebut boleh digunakan (An-Nabhani, 2001: 85-86). Dalam hal ini, Islam telah melarang umatnya untuk menggunakan istilah-istilah yang menimbulkan kerancuan, apalagi kerancuan yang menghasilkan pengertian-pengertian yang bertolak belakang antara pengertian yang islami dan yang tidak islami. Allah Swt. berfirman:
]ÙŠَاأَÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ Ø¡َامَÙ†ُوا لاَ تَÙ‚ُولُوا رَاعِÙ†َا ÙˆَÙ‚ُولُوا انْظُرْÙ†َا[
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengatakan (kepada Muhammad), “Râ’inâ,” tetapi katakanlah, “Unzhurnâ,”…. (QS al Baqarah [2]: 104).

Râ’inâ artinya, “sudilah kiranya Anda memperhatikan kami.” Pada saat para sahabat menghadapkan kata ini kepada Rasulullah, orang Yahudi pun memakai kata ini dengan digumam seakan-akan menyebut râ’inâ, padahal yang mereka katakan adalah ru’ûnah, yang artinya “amat bodoh.” Itulah sebabnya, Allah menyuruh supaya para sahabat menukar perkataan râ’inâ dengan unzhurnâ, yang sama artinya. Oleh Ihsan Sammarah, dalam kitabnya, Mafhûm al-Adalah al-Ijtimâ‘iyah fî al-Fikrî al-Islâmî al-Mu‘âshir (1991), ayat ini dijadikan dalil untuk menolak penggunaan istilah yang dapat menimbulkan kerancuan atau bias, yang pengertiannya kemungkinan berupa makna islami atau makna yang tidak Islami. Karena itu, penggunaan istilah demokrasi, teokrasi, atau teo-demokrasi tidak dapat diterima, karena pengertiannya mengandung ambivalensi antara yang mengartikannya menurut perspektif sekular dan yang mengartikannya menurut perspektif Islam. (Abdullah, 1996: 10-11).

Kedaulatan dan Kekuasaan

Catatan kritis kedua, bahwa konsep teo-demokrasi tidak secara jernih membedakan kedaulatan dan kekuasaan dalam perspektif Islam. Ada semacam kerancuan. Bahkan terkesan keduanya dicampuradukkan menjadi satu, karena kata teo mewakili konsep kedaulatan Tuhan (teokrasi), sedang kata demokrasi mewakili konsep kekuasaan rakyat. Meski disayangkan, namun hal ini wajar terjadi, karena dalam pemikiran politik Barat yang dominan di seluruh dunia, kedua hal tersebut memang berasal dari satu sumber yang sama, yaitu rakyat. Sebab, rakyat menurut Barat adalah sumber legislasi (source of legislation) sekaligus sumber kekuasaan (source of power).
Meski demikian, sesungguhnya kedaulatan dan kekuasaan dapat dibedakan. Kedaulatan (as-siyâdah, sovereignty) merupakan konsep yang berkaitan dengan kewenangan membuat hukum (legislasi). Sedangkan kekuasaan (as-sulthan, authority) berkaitan dengan siapa yang berwenang menerapkan hukum itu dalam kekuasaan (Al-Khalidi, 1980: 24; Al-Jawi, 2003: 209-210).
Berdasarkan pembedaan inilah, maka An-Nabhani (1990: 38-40) merumuskan konsepnya mengenai kedaulatan dan kekuasaan dalam Islam. Kedaulatan (as-siyâdah) dalam Islam ada di tangan syariat (as-siyâdah li asy-syar‘i), bukan di tangan rakyat. Rakyat tidak berhak membuat hukum, sebab yang menjadi Pembuat Hukum (Al-Musyarri’, Law Maker) hanyalah Allah Swt. (Lihat, misalnya, QS al-An‘am [6]: 57). Adapun kekuasaan (as-sulthân) ada di tangan umat (as-sulthân li al-ummah), sebab umatlah yang berhak membaiat siapa saja yang dikehendakinya untuk menjadi penguasa (khalifah). Dengan pembedaan yang tegas antara konsep kedaulatan dan kekuasaan ini, seperti dirumuskan oleh An-Nabhani, kerancuan berpikir tidak akan terjadi. Ini tentu berbeda dengan konsep teo-demokrasi yang menggabungkan konsep kedaulatan dan kekuasaan menjadi satu sehingga masih berpeluang merancukan dan menggelincirkan pemahaman.

Kedaulatan Tuhan

Catatan kritis ketiga, berkaitan dengan diakomodasinya konsep “kedaulatan Tuhan” (teokrasi) dalam konsep teo-demokrasi al-Maududi. Dalam hal ini, perlu kiranya dicermati, bahwa An-Nabhani mengusulkan konsep “kedaulatan di tangan syariat”, dan bukan konsep “kedaulatan Tuhan”. Secara substansial memang tidak ada perbedaan antara an-Nabhani dengan al-Maududi mengenai maknanya, yakni bahwa yang berhak membuat hukum hanya Allah semata dan manusia tidak berhak membuat hukum. Namun, di sini terlihat dengan jelas bahwa an-Nabhani berusaha dengan amat hati-hati untuk tidak menggunakan istilah “kedaulatan Tuhan” yang bisa menimbulkan kesalahpahaman.
Sikap an-Nabhani tersebut akan dapat dipahami karena dalam teori “kedaulatan Tuhan” terkandung konsep yang bertentangan dengan Islam. Teori “kedaulatan Tuhan” tak dapat dilepaskan dari konsep teokrasi yang berkembang di Barat pada Abad Pertengahan (abad ke-5 s/d ke-15 M). Menurut The Concise Oxford Dictionary, hal. 1321, istilah teokrasi dikaitkan dengan pemerintahan atau negara yang diperintah oleh Tuhan, baik secara langsung maupun melalui kelas kependetaan (Asshidiqie, 1995: 23). Dalam teokrasi Barat ini, konsep “kedaulatan Tuhan” mempunyai arti bahwa yang memiliki kekuasaan tertinggi atau kedaulatan adalah Tuhan. Selanjutnya, Tuhan mewakilkan kekuasaan-Nya kepada raja atau Paus (Amiruddin, 2000: 103-104). Karena mewakili Tuhan, maka segala perilaku raja atau Paus selalu terjaga dari kesalahan atau suci (ma‘shûm, infellible). Jadi, negara teokrasi—yang menjalankan teori kedaulatan Tuhan—merupakan negara yang dipimpin oleh gerejawan atau raja yang menganggap segala perilaku mereka terjaga dari kesalahan dan suci. Maka dari itu, apa yang mereka halalkan di bumi, tentu halal pula di langit. Apa yang mereka haramkan di dunia, tentu diharamkan pula di langit (Lihat: Dr. Yusuf Qaradhawy, Fiqih Daulah, hlm. 81). Bahkan menurut Imam Khomeini, tokoh kaum Syiah yang sangat terpengaruh dengan konsep teokrasi Eropa, kesucian para pemimpin/penguasa, berada pada martabat yang sangat tinggi, yang bahkan tidak bisa dijangkau oleh para nabi maupun malaikat muqarrabin (Lihat: Al-Imam Al-Khomeini, “Al-Wilâyah at-Takwîniyah,” Al-Hukumah Al-Islamiyah, hlm. 52).
Dari uraian sekilas ini, tampak bahwa teori “kedaulatan Tuhan” sungguh tidak dapat dilepaskan dari konsep teokrasi yang bertentangan dengan Islam.
Setidaknya ada tiga poin krusial yang menunjukkan kontradiksi teori “kedaulatan Tuhan” (teokrasi) dengan Islam. Pertama, dalam teori kedaulatan Tuhan, penguasa adalah wakil Tuhan di muka bumi, sedangkan dalam Islam, seorang khalifah dalam negara Khilafah adalah wakil umat—bukan wakil Tuhan— dalam urusan kekuasaan dan penerapan syariat Islam (An-Nabhani, 1990: 48). Kedua, dalam teori kedaulatan Tuhan, penguasa bersifat ma‘shûm, sedangkan dalam Islam, seorang khalifah bukan orang ma‘shûm; bisa saja dia berbuat dosa dan kesalahan. Karena itulah, amar makruf nahi mungkar disyariatkan (An-Nabhani, 1990: 119-121). Ketiga, dalam teori kedaulatan Tuhan, penguasa atau gerejawan membuat undang-undang atau hukum yang berasal dari dirinya sendiri tanpa suatu acuan dan pedoman yang jelas dari wahyu Tuhan, sedangkan dalam Islam, penguasa mengadopsi hukum-hukum syariat berdasarkan ijtihad yang sahih dengan acuan dan pedoman yang jelas, yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya (Djaelani, 1994: 86-87). Walhasil, adanya kontradiksi tajam antara “kedaulatan Tuhan” dan Islam inilah yang kemungkinan membuat An-Nabhani berhati-hati merumuskan konsepnya sebagai “kedaulatan di tangan syariat” (as-siyâdah li asy-syar‘i), bukan kedaulatan di tangan Allah (as-siyâdah li Allâh), demi kejernihan pemikiran.

Penutup

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa konsep teo-demokrasi lebih banyak mendatangkan masalah dan kerumitan baru daripada mendatangkan kecemerlangan dan penyelesaian berbagai masalah. Dalam beberapa hal, konsep teo-demokrasi cukup bisa membedakan dengan kontras sistem Khilafah dan kerajaan. Akan tetapi, konsep ini tidak bisa membedakan secara jelas perbedaan sistem republik—atau republik Islam—dengan sistem Khilafah. Ini tentunya wajar karena konsep teo-demokrasi memang didasarkan pada sikap akomodatif antara Islam dan ide demokrasi, sebagai dasar sistem republik. Jika ini yang terjadi, maka terwujudnya sistem Khilafah akan mengalami hambatan dan akan memakan waktu lebih lama. Sebab, bisa jadi para aktivisnya terkecoh dengan jalan perjuangan kooperatif melalui perbaikan sistem republik yang ada. Apalagi kalau namanya sedikit diganti menjadi “republik Islam”, seperti misalnya Republik Islam Pakistan.
Sudah selayaknya, kejernihan dan kecemerlangan berpikir selalu dikedepankan dalam upaya menuju kebangkitan umat. Sebab, umat Islam tidak akan mungkin mengalami kebangkitan pemikiran, kecuali dengan kembali mengambil pemikiran-pemikiran yang cemerlang (mustanîr). Konsep yang kabur atau kurang jelas sudah selayaknya dikesampingkan untuk menuju konsep yang lebih jernih dan cemerlang. Bukankah Nabi saw. telah bersabda:
«Ø¯َعْ Ù…َا ÙŠُرِÙŠْبُÙƒَ Ø¥ِلىَ Ù…َا لاَ ÙŠُرِÙŠْبُÙƒَ»
Tinggalkan apa yang meragukanmu menuju apa yang tidak meragukanmu. (HR Ahmad, an-Nasa’i, dan ath-Thabrani).


Daftar Pustaka
1 Abdullah, Muhammad Husain. 1996. Mafâhîm Islâmiyyah. Juz II. Cetakan I. Beirut: Darul Bayariq.
2 Al-Jawi, M. Shiddiq. 2003. “Must Islam Accept Democracy?” dalam David Bourchier & Vedi R. Hadiz (Editor). Indonesian Politics and Society: A Reader. London-New York: RoutledgeCurzon, hlm. 207-211.
3 Al-Khalidi, Mahmud Abdul Majid. 1980. Qawâ’id Nizhâm al-Hukm fî al-Islâm. Cetakan I. Kuwait: Darul Buhuts al-‘Ilmiyah.
4 Al-Maududi, Abul A’la. 1988. Khilafah dan Kerajaan (Al-Khilâfah wa Al-Mulk). Alih Bahasa Muhammad al-Baqir. Cetakan II. Bandung: Mizan.
5 Amiruddin, M. Hasbi. 2000. “Teori Kedaulatan Tuhan”. Konsep Negara Islam Menurut Fazlur Rahman. Cetakan I. Yogyakarta: UII Press, hlm. 103-105.
6 An-Nabhani, Taqiyuddin. 2001. Nizhâm al-Islâm. Cetakan VI. t.tp. : t.p.
7 Asshidiqie, Jimly. 1995. Islam dan Kedaulatan Rakyat. Cetakan I. Jakarta: Gema Insani Press.
8 Djaelani, Abdul Qadir. 1994. “Kedaulatan Tertinggi dalam Negara”. Sekitar Pemikiran Politik Islam. Jakarta: Media Dakwah, hlm. 83-87.
9 Khomeini, Imam. Tanpa tahun. Al-Hukûmah al-Islâmiyyah. T.tp. : t.p.
10 Rais, Amien. 1988. “Kata Pengantar”. Khilafah dan Kerajaan (Al-Khilâfah wa Al-Mulk). Alih Bahasa Muhammad al-Baqir. Cetakan II. Bandung: Mizan.
11 Sammarah, Ihsan. 1991. Mafhûm al-‘Adalah al-Ijtimâ‘iyyah fî al-Fikrî al-Islâmî al-Mu‘âshir. Cetakan II. Beirut: Dar an-Nahdhah al-Islamiyah.

9/14/2008

MalaM Yang menyakitkan


Malam ini, adalah malam yang menyakitkan buat aku, malam yang membuat aku jadi bukan aku lagi. Aku beda dengan hari-hari sebelumnya, aku laen dari yang biasanya. Sungguh hati ini merasa nyeri seperti tertekam oleh sesuatu, yang membuat aku buas.
Aku marah.... dengan semua yang ada, aku benci dengan semua yang telah aku percayai, aku heran.... hingga membuat aku marah...!!!

Hari ini aku hancuur... aku terkupur dengan semua yang telah terjadi pada hari ini, aku gak tau dengan semua yang ada disekelilingku, semua yang telah aku jalani selama kurang lebih 3 tahun, aku seperti telah mengetahui semuanya tentang semua ini, aku kira aku telah paham dengan semua ini, aku kira aku telah memahami semua yang ada disekelilingku, akan tetapi aku benar-benar heran denga yang terjadi hari ini, aku terbengong tanpa kata ketika mengingat hari ini.
Aku merasa terpukul denga kejadian hari ini, sungguh emang bener-bener sulit mempercayai seseorang, hingga membuat hatiku menangis teriris, tertekam oleh pisau kehidupan yang melalang.
Baru pertama kali ini aku merasakan dan mlihat sebuah kejadian yang aku kira ini adalahj sebuah kemustahilan, akan tetapi didepan mataku dan aku jalanin sendiri telah terjadi dengan nyatanya, hingga membut aku terheran setengah mati.
Aku pengen marah...!!!
Aku pengen Misuuuuh....!!!
Dasar orang tak tau dikasihani...
Sudah dikasih hati malah nyerobot empela sekalian.... aku heran, dibulan yang penuh hikmah, bulan yang penuh hikmah, bulan yang penuh maghfiroh, akan tetapi masih banyak saja yang kurang sadar akan hal itu. Satu hal yang memang paling inti aku benci dengan hal disekelilngku ini, bukannya aku mau apa-apa, karena kau pikir dengan niatan ikhlas, aku mencoba untuk berbuat baek dengan orang itu, lebih tepatnya orang yang mungkin salah satu keturunan FIR'AUN 2008. AKu bencii... dengan semua ini...!!!!
Ya ALlah mengapa masih ada hal semacam ini, ada apakah dengan diriku?aku sudah berusaha untuk menjadi lebih baek, akan tetapi kok malah yang terjadi hal semacam ini?... Aku ...
Ahhh,... AKu gak tahu,...

9/13/2008

Inilah Tampang ku... sinis n narsis, hahahahaha...


Fotoku Waktu di kapal yg berlayar disungai nil

7/04/2008

Bubarkan FPI, NU, Muhammadiyah, HTI dan Ormas-ormas Islam

Umat islam dalam massa kritis

Indonesia....
Indonesia....
Mau kemana kah negaraku...???
Negara yang dulu subur, hijau nan indah...
Kini berubah menjadi pertumpahan otot dan darah...
AKu malu jadi orang indonesia....
Mungkin kalimat itu relefan untuk di dengungkan kembali...
Aku malu dengan semua ini....

Akan tetapi itu adalah sebuah tundakan yang konyol...
Karena menyerah sebelum berperang...

Lagi-lagi...Agama islam...
yang selalu setia menjadi tumbal keganasan nafsu iblis...
Manusia yang sudah di bekali dengan akal...
akan tetapi kini seolah-olah menjadi se-ekor kucing...
yang memakan buntutnya sendiri, menjilat ludahnya sendiri...
Kemustahilan yang nyata....

fpi...
hti...
nu...
muhammadiyyah...
pks...
persis...
jami'atul khoir...

untuk apa ormas-ormas yang mengatas namakan islam...
tapi semua hanya omong kosong...
yang bertujuan menyatukan umat islam...
tapi memicu perpecahan islam...

bubarkan semuanya aja....
keliatannya lbh baek...
kita ikuti MUI saja...

4/24/2008

EFEK RUMAH KACA DAN GLOBAL WARNING

Sungguh musim yang aneh.....
di tengah2 panasnya udara yang kemaren ampe 40-an derajat celcius...
sampai2 banyak terjadi kebakaran mobil akibat panasnya udara di tambah panasnya mesin mobil... sebagai bukti di daerah carefour (jalan qatamea-sayyidah 'Aisyah) terjadi kebakaran bus umum.....
akan tetapi malam ini kok bisa turun hujan.....???
sebuah pertanda yang aneh.....
sebuah kejadian yang nulayani adat...
akan tetapi....dapat diambil sebuah anggapan.....
bahwa.....
mungkin ini adalah salah satu akibat global warning, sehingga bumi mulai tidak bersahabat lagi....
hingga musim pun sudah tak tepat lagi....






tapi malam ini udaranya enak banget,.....
segerrrrrrrrrrrrrrrrrrrr...
gak panas kaya kemaren2........
wah..pokokny assiklah.......



















**Sebuah catatan yang tak berharga.......
lagi males nulis.....
mo ujian.....
dari pada gak nge-post....
heheee.....

4/22/2008

GLOBAL WARNING (HARI BUMI)

Akhir-akhir ini dunia di guncangkan dengan dengan masalah global warning, beberepa diskusi, rapat, serta aksi demo pun telah di lakuakan demi memunculkan sebuah ide untuk mengatasi masalah globar warning.
Memang akhir-akhir ini suhu udara menurut hasil penelitian di seluruh dunia menunjukkan kenaikan panas yang sangat drastis, sementara pergantian musim pun kian lama tidak bisa di pastikan lagi, dan terkadang tidak sesuai hitungan kebiasaan jadwal dari hasil sebuah penelitian yang telah ada.

Sebagai contoh yang real dan sesuai dengan data-data serta bukti-bukti yang penulis temukan, di daerah kairo misalnya karena penulis sekarang ini tinggal di cairo, menurut hasil penelitian pada musim ini (2007-2008) di cairo sendiri telah terjadi pergeseran pergantian musim yang amat drastis dari jadwal kebiasaan musim di daerah ini. seprti contoh hari kemaren (senin 21-04-2008) telah terjadi sebuah pergeseran suhu yang amat drastis dari hasil penelitian di situs yahoo hari ahad (20-04-2008) menunjukkan bahwa suhu udara hanya mencapai 30 derajat Celcius, sedangakan pada hari senin (21-04-2008) menjadi 38 derajat celcius. sebuah pergeseran duhu yang amat drastis, padahal sekarang ini di cairo barulah dalam musim semi yang menurut jadwal akan berganti musim panas di bulan mei mendatang.

Peringatan akan bahaya pemanasan global sudah muncul sejak 2006 lalu, disampaikan pemenang Nobel Perdamaian Al Gore. "Belum ada tindakan nyata untuk memperbaiki kondisi bumi," kata pemenang Nobel yang juga mantan wakil presiden Amerika Serikat tersebut.

Namun, belum banyak warga dunia yang menyadari bahaya pemanasan global dan melakukan upaya-upaya untuk mengatasinya. "Sejak peneliti menyatakan bahwa kita mempunyai waktu sepuluh tahun untuk menghentikan naiknya permukaan air laut, situasi semakin memburuk," ujarnya.

Menurut Al Gore, kepedulian terhadap bumi yang makin sekarat itu hanya berlangsung saat peringatan Hari Bumi itu saja. Setelah itu, warga dunia pun terkesan melupakan.

Hari Bumi pertama diperingati di Amerika Serikat. Awalnya, seorang senator AS, Gaylord Nelson, berpidato tentang lingkungan pada tahun 1969. Dia menyatakan akan adanya demonstrasi besar-besaran tentang lingkungan hidup terkait semakin rusaknya kondisi bumi.

Banyak orang yang mendukung Nelson. Dukungan itu terus membesar dan memuncak dengan diadakannya peringatan Hari Bumi yang monumental pada 22 April 1970.

Saat itu, jutaan orang turun ke jalan, berdemonstrasi di Fifth Avenue di New York. Mereka menyerukan penghentian perusakan bumi. Tidak kurang dari 1.500 perguruan tinggi dan 10.000 sekolah berpartisipasi dalam unjuk rasa di New York, Washington, dan San Fransisco.

Gerakan itu diikuti masyarakat di berbagai negara di dunia. Sejak saat itu, tanggal demonstrasi tersebut diperingati sebagai Hari Bumi.

Ayoo...!!! kita jaga dunia kita ini dengan peduli lingkungan...!!!

4/20/2008

Konsepsi Kekuasaan Politik Perspektif al-Qur’an

Kajian teoretis ataupun perspektif praktis perbincangan tentang makna kekuasaan politik dalam semua sisinya tetap menjadi wacana actual yang tak berkesudahan. Hal ini disebabkan, karena keberadaannya secara fungsional identik dengan keberadaan masyarakat itu sendiri. Selain itu, konsep kekuasaan politik belumlah sepenuhnya menjadi kesepakatan semua orang. Bahkan masih banyak kalangan yang menganggap kekuasaan politik sebagai sesuatu yang jelek dan harus dihindari, kekuasaan politik disinonimkan dengan tipu daya muslihat dan kelicikan.
Sebagai wacana dan upaya mendudukan istilah kekuasaan politik, pengkajian terhadap istilah ini dalam prespektif Islam sangat diperlukan, terutama dalam kerangka penemuan konsep-konsep kekuasaan politik dalam perspektif al-Qur’an.
Konsepsi Kekuasaan Politik dalam al-Qur’an
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu menunaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan (memerintahkan kebijaksanaan) di antara kamu supaya menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha melihat. Wahai orang-orang yang beriman Taatilah Allah, taatilah rasul, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berselisih tentang sesuatu, maka kembalikan kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (Sunnah) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) lagi lebih baik akibatnya “(QS. An-Nisa : 58-59)
Kedua ayat tersebut dinilai oleh para ulama sebagai prinsip – prinsip pokok yang menghimpun ajaran Islam tentang kekuasaan politik atau pemerintahan. Hal ini menandakan bahwa semua aspek kehidupan manusia telah diatur oleh Allah SWT melalui konstitusi yang ada di dalam Al-qur’an, ini menandakan adanya syumuliatul Islam.
Amanat dimaksudkan berkaitan dengan banyak hal, salah satu di antaranya adalah perlakuan adil. Keadilan yang dituntut ini bukan hanya terhadap kelompok, golongan, atau kaum muslim saja, tetapi mencakup seluruh manusia bahkan seluruh makhluk. 1
Kalau kita meneliti lebih jauh tentang kekuasaan politik dalam Surat An-Nisa 58-59, dalam latar belakang historis turunnya ayat ini bisa dilihat dalam Asbabun Nuzulnya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih dari al-Kalbi dari Abi shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa setelah fathu makkah (pembebasan mekkah) Rasulullah saw memanggil Utsman bin Thalhah untuk meminta kunci ka’bah. Ketika Utsman dating menghadap Nabi untuk menyerahkan kunci itu, berdirilah Abbas dan berkata: “Ya Rasulallah demi Allah , serahkan kunci itu kepadaku untuk saya rangkap jabatan tersebut dengan jabatan siqayah (urusan pengairan). Utsman menarik kembali tangannya. Maka bersabda Rasulullah: “Berikanlah kunci itu kepadaku wahai utsman!” Utsman berkata : “inilah dia, amanat dari Allah”. Maka berdirilah Rasulullah membuka ka’bah dan terus keluar untuk thawaf di baitullah. Turunlah jibril membawa perintah supaya kunci itu diserahkan kembali kepada utsman. Rasulullah melaksankan perintah itu sambil membaca ayat tersebut di atas Qs An-Nisa :58.2
Diriwayatkan oleh bukhari dan lainnya yang bersumber dari ibnu Abbas dengan riwayat ringkas. Menurut imam ad-Dawudi riwayat tersebut menyalahgunakan nama Ibnu Abbas, karena cerita mengenai Abdullah bin hudzafah itu sebagai berikut: Di saat Abdullah marah-marah pada pasukannya ia menyalakan unggun api, dan memerintahkan pasukannya untuk terjun ke dalamnya. Pada waktu itu sebagian lagi hampir menerjunkan diri ke dalam api. Sekiranya ayat ini turun sebelum peristiwa Abdullah mengapa ayat ini dikhususkan untuk mentaati Abdullah bin Hudzafah saja, sedang pada waktu lainnya tidak. Dan sekiranya ayat ini sesudahnya, maka berdasarkan hadist yang telah mereka ketahui, yang wajib ditaati itu ialah di dalam ma’ruf (kebaikan) dan tidak pantas dikatakan kepada mereka mengapa ia tidak taat.3
Dari kajian tekstual di atas , menggambarkan bahwa kekuasaan yang paling hakiki adalah milik Allah Swt. Allah adalah pemilik segala sesuatu, sesuai yang difirmankan di dalam Surat Al-Maidah : 18

“ Allah adalah pemilik kerajaan langit dan bumi serta apa yang terdapat antara keduanya (Qs Al-Ma-idah:18).
Adapun di dunia, maka di samping Dia melimpahkan sebagian kekusaan-Nya kepada makhluk, dalam konteks kekuasaan politik, al-Qur’an memerintahkan Nabi Muhammad Saw. Untuk menyampaikan pernyataan tegas berikut:
“Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(QS Ali Imran : 26)
Seperti tersurat di dalam ayat di atas, Allah Swt menganugerahkan kepada manusia sebagian kekuasaan itu. Di antara mereka ada yang berhasil melaksankan tugasnya dengan baik karena mengikuti prinsip-prinsip kekuasaan politik dan ada pula yang gagal.
Dalam konsepsi Islam, manusia memikul amanah (amanah ibadah dan amanah risalah). Amanah ini boleh jadi sebagai konsekuensi dari deklarasi universal yang pernah dinyatakan manusia di hadapan Allah dan sekaligus menjadi tantangan terhadap sifat manusia yang etis yang harus dibuktikan melalui keberhasilannya di dalam menunaikan amanah yang telah disanggupinya itu.
Amanah risalah berkaitan dengan kedudukan manusia sebagai khalifatullah fi Al-Ardh. Kedudukan itu mencakup aktivitas manusia dalam memakmurkan dan memelihara bumi, menata kehidupan dan menyejahterakan umat manusia. Aktivitas ini jelas-jelas merupkan suatu tindakan dan fungsi siyasah manusia yang otentik.
Oleh sebab itu, amanah risalah dalam pengertiannya yang luas menegaskan bahwa manusia adalah makhluk siyasah yang bertanggungjawab atas terpeliharanya keteraturan hidup di tengah-tengah masyarakat manusia dan lingkungan hidupnya, sedangkan siyasah memakmurkan bumi dalam islam memiliki tujuan antara dan sekaligus menjadi cara, jalan dan sarana untuk meraih tujuan yang lebih mulia dan lebih abadi, yaitu keselamatan kehidupan yang lebih bermakna dan kekal, kehidupan akherat.4
Manusia dan Konsep Istikhlafu Al Insan
Kata istikhlaf adalah bentuk mashdar (invinitif) dari kata kerja istakhlafa yang berarti menjadikan khalifah untuk mewakili dan melaksanakan tugas yang diwakilkan kepadanya , sedangkan kata khalifah berasal dari kata kerja khalafa yang berarti “mengganti dan melanjutkan”. Namun demikian kedua konsep ini (khalifah dan istikhlaf), pada hakikatnya, berasal dari akar kata yang mencerminkan dua aspek yang memiliki arti yang sama. Kedua konsep ini merujuk pada fungsi manusia sebagai pemegang amanah Allah Swt di muka bumi ini. Sementara itu, konsep iskhtilaf lebih menekankan kepada proses bagaimana manusia boleh menjadi khalifah Allah.5
Al-Qur’an menggunakan kata khalifah sesuai dengan tujuan manusia diciptakan. Sebuah kata “khalifah” juga mengandung makna bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan dalam kesempurnaan penciptaan.
Manusia merupakan mikro kosmos (alam kecil), sedang kosmos adalah manusia makro (al-insan kawn shaghir wa al-kaw insane kabir).6 Manusia merupakan miniature alam yang kompleks. Pisiknya menggambarkan alam pisikal, sedang psikisnya menggambarkan alam kejiawaan. Dengan demkian, segala proses takdir Allah yang terjadi di alam sebenarnya juga berlaku pada manusia, seperti konsep penciptaan ini.
Dalam pandangan Islam, tugas yang diwakilkan itu menjadi “amanah” yang harus ditunaikan oleh seseorang yang telah menjadi wakilnya. Berarti, ia (orang yang menjadi wakil) disebut “pengemban amanah” ialah khalifah. Seperti yang difirmankan oleh Allah Swt dalam surat Al Baqarah : 30
“ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
(Al-Baqarah : 30)
Sayid Quthub menjelaskan beberapa makna yang terdapat dalam ayat tersebut. Ia menegaskan bahwa ayat tersebut menunjukkan posisi mulia manusia, terkandung isyarat adanya kehendak luhur yang hendak menyerahkan kendali kepemimpinan di bumi kepada makhluk manusia. Kepada Manusia pula pelaksanaan kehendak Sang maha Pencipta diserahkan. Kehendak Allah Swt dalam menggali apa yang ada di bumi baik yang berupa kekuatan, potensi, kandungan, maupun bahan mentahnya untuk kepentingan manusia dalam rangka penunaian amanah yang telah diserahkan kepadanya serta menundukkan semua itu dengan Izin Allah Swt untuk tugas besar yang diserahkan oleh Allah Kepadanya.7
Oleh sebab salah satu kewajiban manusia sehubungan dengan tugas khilafahnya adalah menegakkan keseimbangan, dalam pandangan Islam keseimbangan (tawazun) selalu menjadi landasan konsepsinya. Maka, falsafah istikhlaf dalam pandangan islam memunculkan keseimbangan dalam pengelolaan Negara. Konsep isikhlaf al insan, dalam rangka mewujudkan keseimbangan, menuntut adanya hubungan antara agama dan Negara. Eratnya hubungan agama dengan Negara (siyasah) terjadinya keseimbangan dalam kehidupan manusia.
Di dalam ayat tersebut juga menginformasikan juga unsur – unsur kekhalifahan sekaligus kewajiban sang khalifah. Unsur-unsur tersebut adalah pertama, Bumi atau wilayah. Kedua, Khalifah (yang diberi kekuasaan politik atau mandataris), serta yang ketiga, hubungan antara pemilik kekuasaan dengan wilayah, dan hubungannya dengan pemberi kekuasaan (Allah Swt).8
Dalam prespektif Islam tugas utama Negara, sebagai institusi siyasah, adalah mewujudkan pelaksanaan kekuasaan Allah di bumi. Sedangkan pelaksanaan kekuasaan Allah tersebut menuntut konsistensi terhadap syariat-Nya yang harus dilaksanakan.
Selanjutnya hukum-hukum yang terkandung dalam syari’at berorientasi pada pemeliharaan kemashlahatan (kebaikan umum) dan penolakan kemafsadatan (kerusakan).9 Syari’at islam bertujuan menegakkan kebaikan semua makhluk dan memberikan kemashlahatan bagi hamba-Nya, baik dalam kehidupannya di dunia ataupun di akherat.
Al-Ghazali menegaskan, “Agama adalah poros, dan penguasa adalah penjaga, dan sesuatu yang tidak ada penjaganya akan hancur.10 Aktualisasi nilai-nilai islam dapat terlaksana dengan sempurna apabila kaum muslimin memiliki otoritas dan kekuasaan untuk mewujudkan kemashlahatan.
Penutup
Islam adalah agama yang syumul, lengkap dengan petunjuk untuk mengatur semua aspek kehidupan. Dalam lapangan politik, kekuasaan tertinggi (disebut kedaulatan) ada di tangan Allah, manusia hanya sebagai pelaksana kedaulatan itu.
Islam memandang kekuasaan dalam pengertian yang transenden, kekuasaan dalam pengertian ini harus dapat dipertanggungjawabkan kepada sang Khalik. Manusia tidak semena-mena untuk menjalankan kekuasaan, karena manusia adalah perpanjangan tangan sang Khalik di muka bumi.
Daftar Pustaka
Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam: Sebuah Pendekatan Psikologis, Jakarta:Darul Falah, 2000
Abu Ridha, Amal Siyasi : Gerakan Politik dalam Dakwah, Bandung: PT Syaamil Cipta Media,2004
_________, Manusia dan Kekhalifahan, (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2004
Dhiauddin Rais ,DR. M, Teori Politik Islam, (Jakarta : Gema Insani Press, 2001
Qamaruddin Shaleh K.H.,dkk. Asbabun Nuzul : Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an,Bandung: CV Diponegoro, 1982
Quraish Shihab Dr. M., M.A. Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung
1 Dr. M. Quraish Shihab, M.A. Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung
2 K.H. Qamaruddin Shaleh,dkk. Asbabun Nuzul : Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an,(Bandung: CV Diponegoro, 1982), hal 138
3 Ibid, hal 139
4 Abu Ridha, Manusia dan Kekhalifahan, (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2004), hal 59
5 Ibid, hal 33
6 Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam: Sebuah Pendekatan Psikologis, (Jakarta:Darul Falah, 2000), hal 18
7 Abu Ridho, hal 34
8 Dr. M. Quraish Shihab, op. cit
9 Abu Ridha, Amal Siyasi : Gerakan Politik dalam Dakwah, (Bandung: PT Syaamil Cipta Media,2004), hal 57
10 DR. M. Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam, (Jakarta : Gema Insani Press, 2001) hal 102

4/18/2008

Pemikiran Politik Hasan Al-Banna

HASAN AL-BANNA
(Mursyid ‘Aam Pertama Ikhwanul Muslimin)

Biografi singkat Hasan Al-Banna.

Imam syahid Hasan bin Ahmad bin Abdurrahman Al-Banna lahir pada tahun 1906 di kota Mahmudiyah, sebuah kawasan dekat Iskandariah. Setelah menyelesaikan kuliahnya di Darul Ulum, kairo beliau menggeluti profesi sebagai guru sekolah dasar. [1]
Namun, profesi beliau yang sesungguhnya adalah menyeru umat agar mengamalkan Al-Qur’an dan berpegang teguh kepada Sunah Nabi yang agung, Muhammad saw. Beliau menjadi inspirasi bagi puluhan ribu mahasiswa, buruh, petani, pedagang, dan berbagai golongan masyarakat yang lain.
Untuk beberapa waktu lamanya beliau menetap di Ismailiyah, kota dimana beliau mendirikan kantor pertama Ikhwanul Muslimin bersama beberapa pengikutnya. Bahkan di Ismailiyah beliau mendirikan Ma’had Ummahatul Muslimin sebagai tempat pendidikan islam khusus bagi para Muslimah.
Beberapa waktu kemudian beliau dipindahkan ke kairo, maka kantor pusat dan kediaman pemimpin ikhwanul muslimin pun berpindah. Ditengah ibu kota mesir ini, dakwah beliau cepat tersebar secara luas. Dakwahnya tampak begitu terang, seterang mentari yang terbit di pagi hari. Dalam tempo yang relatif singkat, jumlah anggota ikhwanul muslimin telah mencapai angka setengah juta orang.
Para penguasa kala itu yang nota bene merupakan boneka-boneka inggris segera merasakan perkembangan seperti ini sebagai ancaman besar. Mereka berusaha keras menjauhkan Imam Syahid Hasan Al-Banna dari kancah politik. Namun, upaya itu tak pernah bisa menghentikan tekad dan langkah beliau. Di kota kairo ini pula beliau mendirikan harian Ikhwanul Muslimin sebagai mimbar bagi tulisan-tulisan beliau, disamping mimbar-mimbar ceramahnya.
Ditengah hiruk pikuk kota kairo, tepatnya di depan kantor pusat organisasi “Asy-Syubbanul Muslimun”, sekelompok orang yang tidak dikenal memuntahkan peluru-peluru makar mereka, setelah itu mereka berlari menghilang. Dengan tenaga yang masih tersisa beliau membopong tubuhnya ke rumah sakit, namun tak seorang dokter pun yang bersedia menangani luka parah beliau. Mereka sengaja membiarkannya tersungkur di tengah lumuran darah yang mengucur tiada henti. Pada waktu itu tahun 1949, dua jam setelah penembakan, beliau menghembuskan nafas yang terakhir dan gugur syahid di jalan Allah swt. Beliau telah mewariskan sejumlah karya yang amat cemerlang, dua diantaranya adalah : Mudzakiraat Ad-Dakwah wa Da’iyah dan Majmu’ah Rasail.[2]

Konsepsi Politik menurut Hasan Al-Banna (Ikhwanul Muslimin).

Hasan Al-Banna (Mursyid ‘Aam pertama jamaah ikhwan) pernah memaparkan konsepsi politik ketika berbicara mengenai hubungan antara Islam dengan politik dan sikap seorang muslim terhadapnya. Beliau berpendapat bahwa: “ politik adalah hal yang memikirkan tentang persoalan-persoalan internal maupun eksternal umat. Ia memiliki dua sisi: internal dan eksternal. Yang dimaksud dengan sisi internal politik adalah “mengurus persoalan pemerintahan, menjelaskan fungsi-fungsinya, merinci kewajiban dan hak-haknya, melakukan pengawasan terhadap para penguasa untuk kemudian dipatuhi jika mereka melakukan kebaikan dan dikritik jika mereka melakukan kekeliruan. Sedangkan yang dimaksud dengan sisi eksternal politik adalah “ memelihara kemerdekaan dan kebebasan bangsa, mengantarkan mencapai tujuan yang akan menempatkan kedudukannya di tengah-tengah bangsa lain, serta membebaskannya dari penindasan dan intervensi pihak lain dalam urusan-urusannya.[3]
Hasan Al-Banna, dengan gamblang mengaitkan antara aqidah dan aktivitas politik. Ia berkata, “ Sesungguhnya seorang muslim belum sempurna keislamannya kecuali jika ia menjadi seorang politikus, mempunyai pandangan jauh kedepan dan memberikan perhatian penuh kepada persoalan bangsanya. Keislaman seseorang menuntutnya untuk memberikan perhatian kepada persoalan-persoalan bangsanya.[4]
Selanjutnya, Hasan Al-Banna mengatakan,“Sesungguhnya kami adalah politikus dalam arti bahwa kami memberikan perhatian kepada persolan-persoalan bangsa kami, dan kami bekerja dalam rangka mewujudkan kebebasan seutuhnya.” [5]
Definisi ini dipandang sebagai definisi politik transformatif (berorientasi kepada perubahan) dan lebih luas dibandingkan dengan definisi politik prespektif modern yang hanya memfokuskan kepada aktivitas struktur-struktur organisasi politik maupun pelaku politik.
Karenanya, menurut ikhwan, politik adalah upaya memikirkan persoalan internal dan eksternal umat, memberikan perhatian kepadanya, dan bekerja demi kebaikan seluruhnya. Ia berkaitan dengan aqidah dan akhlak serta bertujuan untuk melakukan perubahan.
Di dalam risalah pergerakan ikhwanul muslimin hasan al-banna memaparkan bahwa “ Sesungguhnya dalam Islam ada politik, namun politik yang padanya terletak kebahagiaan dunia dan akhirat. Itulah politik kami.”[6]

Karakteristik Masyarakat Muslim Perspektif Hasan Al-Banna.

Hasan Al-Banna merujuk kepada pendapat Sayid Qutub tentang karakteristik Masyarakat muslim, ia berpendapat bahwa karakteristik masyarakat muslim adalah : Ia berdiri di atas landasan aqidah, yang terefleksikan pada peribadahan kepada Allah swt. Semata dalam keyakinan, simbol-simbol keislaman, dan ibadah individunya, juga dalam peraturan dan undang-undangnya. Ideologi adalah fondasi, yang oleh Islam diletakkan sebagai dasar dari pilar-pilar lainnya seperti kelas sosial, kepentingan ekonomi, atau lainnya. Karakter ini merupakan hal yang membedakan antara masyarakat muslim dengan masyarakat lainnya.[7] Kemudian Hasan Al-Banna menggambarkan perubahan sosial dengan melihat urgennya asas-asas masyarakat muslim sebagai dasar reformasi sosial.
Hasan Al-Banna menjelaskan tentang asas-asas yang di atasnya tertegak masyarakat muslim, yang dianggapnya sebagai dasar-dasar reformasi sosial yang lengkap, yaitu :[8]
1. Memperhatikan aspek moral dan melindungi masyarakat dari tindak kriminal dan kemungkaran.
2. Memperhatikan keluarga dan mendudukkan status perempuan secara proporsional.
3. Menekankan kesetiakawanan, solidaritas sosial dengan berbagai jenisnya, juga persatuan.
4. Tanggung jawab negara kepada Islam dan dakwah Islam.
5. Pemberian tanggung jawab reformasi sosial kepada individu.

Hasan Al-Banna menggambarkan kekhasan masyarakat muslim, secara otomatis, proses pembentukannya juga bersifat khas. Yaitu dengan cara mewujudkan adanya kelompok manusia yang menerima aqidah Islam dan mengakui bahwa ia tidak beribadah kepada selain Allah, baik dalam kayakinan, ibadah, Syi’ar, aturan, maupun undang-undang. Kelompok ini melaksanakan dengan nyata dalam perjalanan hidupnya secara keseluruhan, berdasarkan asas ini. Ketika itu, terjadilah kelahiran atau pembentukan masyarakat baru. Unsur-unsur dari hal itu adalah, pertama, sekelompok manusia. Kedua, terdidik di atas aqidah. Ketiga, kehidupannya diatur dengan landasan aqidah, seutuhnya.[9] Sehingga Hasan al-Banna menekankan pendidikan (tarbiyah) adalah jalan utama (thariq asasi) untuk mewujudkan masyarakat muslim.[10]


Konsepsi tentang Pemerintahan dan Kekuasaan Negara Hasan Al-Banna (Ikhwanul Muslimin)
Sikap pemikiran Hasan Al-Banna (ikhwanul Muslimin) terhadap pemerintahan, berkaitan erat dengan pemahaman akan esensi Islam dan Aqidahnya. Islam-sebagimana yang dipersepsikan Ikhwanul Muslimin-menjadikan pemerintahan sebagai salah satu pilarnya.[11] Ikhwan memandang bahwa pemerintahan Islam memiliki kaidah-kaidah yang tercermin dalam ulasan Al-Banna – ketika membicarakan tentang problematika hukum di mesir dan bagaimana memecahkannya-berupa karakteristik atau pilar-pilar pemerintahan Islam. Ia berpendapat bahwa pilar-pilar itu ada tiga, yaitu :[12]
1. Tanggung jawab pemerintah, dalam arti bahwa ia bertanggungjawab kepada Allah dan rakyatnya. Pemerintahan, tidak lain adalah praktek kontrak kerja antara rakyat dengan pemerintah, untuk memelihara kepentingan bersama.
2. Kesatuan umat. Artinya, ia memiliki sistem yang satu, yaitu Islam. Dalam arti, ia harus melakukan amar ma’ruf nahi munkar dan nasihat.
3. Menghormati aspirasi rakyat. Artinya, di antara hak rakyat adalah mengawasi para penguasa dengan pengawasan yang seketat-ketatnya, selain memberi masukan tentang berbagai hal yang dipandang baik untuk mereka. Pemerintah harus mengajak mereka bermusyawarah, menghormati aspirasi mereka, dan memperhatikan hasil musyawarah mereka.
Hasan Al-Banna (ikhwanul Muslimin) menggambarkan sifat-sifat pemerintahan islam dalam prinsip yang diberi nama ”Teori Pembatasan Kekuasaan Pemerintah” yang diungkapkan oleh Audah. Disebutkan bahwa pemerintahan islam didasarkan kepada tiga prinsip utama, yaitu:[13]
1. Menentukan batas-batas kekuasaan pemerintah. Penguasa tidak boleh melanggarnya, dan jika melakukan pelanggaran itu, kerjanya dianggap tidak sah. Kekuasaanya dibatasi dengan berbagai komitmen dan kewajiban yang telah digariskan. Ia harus mengikuti syariat yang tidak membolehkan penguasa kecuali hal-hal yang dibolehkan untuk setiap indivdu, juga mengharamkan untuknya sesutau yang diharamkan atas setiap individu.
2. Pertanggungjawaban pemerintah atas segala pelanggaran dan kesalahannya.
3. Otoritas rakyat untuk menurunkan pejabat. Islam telah menegaskan kekuasaan rakyat atas pemerintah.
Menurut Hasan Al-Banna (Ikhwanul Muslimin) menggambarkan bahwa sumber kekuasaan adalah satu, yaitu kehendak rakyat, kerelaan dan pilihan mereka secara bebas dan suka rela. Artinya, ikhwan meyakini bahwa rakyat adalah sumber kekuasaan. [14]
Hasan Al-Banna berpendapat bahwa sistem politik atau pemerintahan diselenggarakan sesuai dan dalam kerangka landasan-landasan tertentu yaitu, Syura (musyawarah), hurriyah (kebebasan), musawah (persamaan), ’adl (keadilan), ta’ah (kepatuhan), dan amar ma’ruf nahi munkar. Hasan Al-Banna berpendapat bahwa anggota syuro terdiri atas, pertama, para ahli fiqh yang mujtahid, yang pernyataan-pernyataannya diperhitungkan dalam fatwa dan pengambilan hukum. Kedua, pakar yang berpengalaman dalam urusan publik. Ketiga, Semua orang memiliki kepemimpinan terhadap orang lain. Mereka ini disebut dengan ahlul halli wal ’aqdi.[15]

Daftar Pustaka
Anwar Al-Jundi, Biografi Hasan Al-Bana, Solo: Media INSANI Press,2003
Hasan Al-Banna, Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al-Banna, Khozin,penj. Jakarta: Al-I’Tishom Cahaya Umat,2005
___________, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, Terj. Anis Mata,Solo:Intermedia,2001
Muhammad Ma’mun Hudaiby, Politik Islam Dalam Pandangan Ikhwanul Muslimin, Bandung: PT.Syamil Cipta Media,2003
Utsman Abdul Mu’iz Ruslan,DR, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin: Studi Analisis Evaluatif terhadap Proses Pendidikan Politik Ikhwan untuk para Anggota khususnya dan seluruh Masyarakat Mesir Umumnya, dari tahun 1928 hingga 1945. Solo :Era Intermedia, 2000

[1] Anwar Al-Jundi, Biografi Hasan Al-Banna, (Solo: Media INSANI Press,2003) hal 11
[2] Ibid
[3] Utsman Abdul Mu’iz Ruslan,DR, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin: Studi Analisis Evaluatif terhadap Proses Pendidikan Politik Ikhwan untuk para Anggota khususnya dan seluruh Masyarakat Mesir Umumnya, dari tahun 1928 hingga 1945. (Solo :Era Intermedia, 2000),hal 72
[4] Ibid
[5] Ibid hal 73
[6] Hasan Al-Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, Terj. Anis Mata,(Solo:Intermedia,2001) hal 63
[7] Utsman Abdul Mu’iz Ruslan,DR, hal 251
[8] Ibid, hal 253
[9] Ibid hal 254
[10] Hasan Al-Banna, Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al-Banna, Khozin,penj. (Jakarta: Al-I’Tishom Cahaya Umat,2005) hal 112
[11] Hasan Al-Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, hal 297
[12] Utsman Abdul Mu’iz Ruslan,DR, hal 294
[13] Ibid, hal 295
[14] Muhammad Ma’mun Hudaiby, Politik Islam Dalam Pandangan Ikhwanul Muslimin, (Bandung: PT.Syamil Cipta Media,2003), hal 13
[15] Utsman Abdul Mu’iz Ruslan,DR, hal 326

4/16/2008

Tabiat Kaidah UU Internasional

Jane Austen (16 desember 1977-18 july 1817) seorang novelist inggris
yang sangat peduli akan kesosialan.

George Wilhelm Friedrich Hegel (27 agustus 1770-14 november 1831)
seorang filsafat jerman.

Adalah contoh para pemikir yang mengingkari adanya sifat *kewajiban* untuk

kaidah-kaidah hukum internasional dan memandang bahwa telah keluar dari

masalah-masalah internasional.

Mungkin sedikit kritik dari pendapat beliau yang penulis temukan

menurut Dr. Abdul Ghoni Mahmud dalam bukunya al-qonun ad-dauly al-am :

1. bahwa pendapat yang dikatakan oleh kaum penolak bagi sifat

legalitas/validitas hukum internasional adalah terjadi hubungan antara

keberadaan kaidah-kaidah legalitas dan kebutuhan adanya pembuat undang

-undang/peraturan itu sendiri. ini adalah tidak benar menurut sebagian

ahli hukum dengan alasan bahwa adanya undang-undang adalah suatu

perkara yang berdiri sendiri dari keberadaannya kekuasaan legislati (

sulthoh at tasyri'iyyah). dan kaidah undang-undang itu telah ada

sebelum adanya pembuat UU/peraturan seperti halnya kaidah UU yang

diambil dari adat istiadat ( urf). jadi kaidah2 ini telah ada sebelum

adanya kekuasaan legislatif, maka dari itu UU bersifat memajibkan.

2.pendapatnya yang mengatakan bahwa : kaidah UU internasional didirikan

atas dasar keridloan atau kesepakatan suatu kelompok sosial, jadi tidak

ada sifat kewajiban bagi mereka. kritik dari pendapat ini adalah :

bahwa kaidah UU negara yang dikeluarkan oleh badan kekuasaan legislatif

itu laen didirikan ats dasa keridloan antara suatu kelompok, maka

sesinguhnya parlemen misalnya didalam menetapkan dan mengeluarkan suatu

perundang-undangan harus sesuai dengan kesepakatan semua parlemen yaitu

kesepakatan semua rakyat dan keridloannya atas UU tersebut.

3. ketidak adaannya suatu sanksi atau ketidak adanya suatu yang

mencakupnya itu bukan berarti tidak adanya suatu kaidah UU, karena

suatu sanksi peraturan yang di realisasikan oleh badan pelaksana itu

tidak selalu ada di setiap komunitas sosial, dan sanksi yang

keberadaannya membantu dalam pelaksanaan kaidah UU tapi keberadaannya

itu tidak wajib. maka sanksi itu tidak wajib untuk memunculkan suatu

kaidah UU.

4/15/2008

Penelitian: Teh Bagus untuk Perkembangan Otak

Para ilmuwan menemukan "catechin", senyawa alami teh, yang melindungi sel-sel otak dari pembentukan protein yang merusak selama bertahun-tahun
Secangkir teh baik untuk otak karena bisa memperlambat kerusakan sel dan menjaga daya ingat tetap tajam di usia tua. Begitu menurut penelitian yang diterbitkan Ahad (13/4). Penelitian selama empat tahun oleh para ilmuwan Singapura itu menambah panjang daftar manfaat teh.
Setiap jenis teh akan menghasilkan manfaat yang sama, kata Professor Ng Tze Pin dari Departemen Obat Untuk Kesehatan Jiwa Universitas Nasional Singapura kepada The Sunday Times.
"Teh itu murah, tidak beracun dan dikonsumsi masyarakat luas," kata Ng.
Para ilmuwan universitas itu menemukan "catechin", senyawa alami teh, yang melindungi sel-sel otak dari pembentukan protein yang merusak selama bertahun-tahun, yang menjaga kemampuan kognitif otak.
Kafein dalam teh, berbeda dengan yang terdapat dalam kopi, mengandung protein alami "theanine", yang melawan efek samping dari kafein seperti peningkatan tekanan darah, sakit kepala dan kelelahan, menurut para ilmuwan.
Kerusakan sel otak, disebabkan kombinasi hilangnya sel saraf, pengaruh gen, stroke ringan, dan peningkatan kadar protein merusak yang terkadang menggiring penderita pada dementia (gangguan fungsi kognitif akibat kerusakan otak karena faktor usia atau penyakit lainnya).
Tim ilmuwan itu mempelajari kebiasaan minum teh dari 2.501 orang China berusia 55 tahun ke atas sejak September 2003 - Desember 2005.
Responden, sekitar 38 persen tidak minum teh. Dua puluh sembilan persen minum hanya satu jenis teh dan sisanya minum aneka jenis teh. Dua pertiga dari para peminum teh menjaga nilainya dalam tes daya ingat dua tahun kemudian.
Di antara para bukan peminum teh, 35 persen terlihat mengalami penurunan nilai rata-rata dua poin, yang menunjukkan data penurunan kognitif.
Teh adalah faktor istimewa yang menjaga sel otak tetap sehat.
Namun, hal itu tidak dapat tercipta hanya dengan minum teh. "Itu masih memerlukan sebuah kebiasaan baik seumur hidup serta diet yang seimbang," kata Ng, demikian DPA.

Kian Dekat ke Kloning Manusia

Kekhawatiran bahwa para ilmuwan akan mengkloning manusia tampaknya kian menemukan momentum. Paling tidak, kekhawatiran seperti itu mencuat lagi belakangan. Pemicunya adalah teknik kloning baru yang dikatakan lebih sederhana dan efisien daripada teknik kloning domba Dolly.

Para ilmuwan yang memanfaatkan prosedur tersebut untuk menciptakan bayi tikus membuktikan bahwa teknik itu jauh lebih efisien. Efek sampingnya juga lebih kecil. Karena itu, teknik tersebut dikatakan memungkinkan diterapkan kepada manusia.

Tikus kloning itu diciptakan dengan menyisipkan sel kulit tikus dewasa ke dalam embrio yang dihasilkan dengan teknik bayi tabung (in-vitro fertilization atau IVF). Janin yang dihasilkan ternyata berupa kloning parsial. Namun, ada juga yang kloning penuh, sama seperti Dolly.

Yang jelas, daripada teknik kloning Dolly, teknik baru itu sedemikian simpel dan efisien. Karena efisiennya, banyak orang khawatir teknik tersebut akan diselewengkan oleh dokter bayi tabung untuk membantu pasangan mandul yang sangat mendambakan keturunan biologis sendiri.

Seorang ilmuwan bahkan mengatakan, kemungkinan menerapkan teknik itu pada manusia kini sedemikian riil sehingga tidak boleh diabaikan. "Itu tidak etis, juga tidak aman. Tapi, seseorang bisa saja melakukannya sekarang," ucap Robert Lanza, chief scientific officer dari Advanced Cell Technology, sebuah perusahaan bioteknologi di AS.

Dia menambahkan, kloning manusia memang belum pernah dilakukan. Namun, dengan teknik baru itu, kini para ilmuwan punya teknologi untuk memproduksi seorang anak. Dengan terobosan tersebut, siapa saja sekarang, tua atau muda, subur atau mandul, gay atau lesbian, bisa memasukkan gen mereka kepada seorang bayi dengan menggunakan sedikit sel kulit mereka.

"Jadi, secara instan, kita bisa mengambil sel Albert Einstein atau siapa saja di dunia. Lalu, Anda bisa mengatakan anak tersebut 10 persen atau 70 persen Albert Einstein hanya dengan menginjeksikan beberapa sel mereka ke embrio," ungkapnya.

Teknik tersebut melibatkan pemrograman ulang informasi genetik sel kulit sehingga diperoleh kondisi seperti embrio. Tahun lalu, saat terobosan itu pertama dipakai pada sel kulit manusia, para ilmuwan menerima pujian. Gereja Katolik dan Presiden George W. Bush mengatakan secara moral bisa menerima cara memproduksi sel-sel bakal embrio tanpa harus menciptakan atau menghancurkan embrio manusia.

Eksperimen atas tikus itu menunjukkan bahwa kini sangat mungkin mengambil sel kulit manusia, memprogramnya ulang hingga kembali ke kondisi saat embrio, lalu menyisipkan kepada embrio manusia. Anak yang dilahirkan akan memiliki gen orang yang memberinya jaringan kulit plus gen yang didapatkan oleh janin dari kedua orang tuanya.

Muncullah chimera, gabungan genetik dua atau lebih manusia. Secara teknis, anak itu memiliki tiga orang tua biologis. Chimera manusia bisa terjadi secara alamiah saat dua embrio menyatu di dalam kandungan. Biasanya, bayi seperti itu normal dan sehat. "Tak ada alasan untuk mengatakan bahwa chimera manusia yang dihasilkan dengan teknik tersebut akan tidak sehat," tutur Lanza.

Sampai di situ, lanjut Lanza, belum ada hukum yang mengatur makhluk tersebut. Ironisnya, kalangan gereja, juga para penentang pemakaian sel bakal (stem cell) embrio, menganggap teknologi itu hebat karena bisa menghasilkan sel induk tanpa melukai janin. "Padahal, bisa saja teknologi tersebut akhirnya menjadi mimpi buruk. Sangat mungkin, teknologi baru itu akan bermuara pada munculnya bayi-bayi buatan," tegasnya. (The Independent/erm/soe)

4/13/2008

"Tahdid Qonun Dauli"

huuuuuuuf....

Dr Abdul Ghoni Mahmud....
(dosen Al-Qonun Al-Dauli Al-'Am)

Aku gak tau....???
kemana arah tujuan pemikiranmu...???
tapi..
yang selama ini aku yakini...
bahwa engkaulah seorang doktor...
yang mahir didalam hukum-hukum internasional...
dan segala permasalahan internasional...

Aku kagumm..
karna engkau seorang doktor..
yang benar-benar disiplin...
tadi pagi adalah salah satu bukti...
dari beberapa bukti yang telah terjadi...
dan memang selalu terjadi pada engkau...
dimana ada mahasiswa yang muta'akhir...
maka dengan ucapan tegas...
engkau berkata :

"ithla' barroh....!!!"

(senada dengan amarah yang penuh kasih sayang...)

tapi..
alhamdulillah ..
pada hari ini aku datang pagi2 bener
jam 8 pagi aku sudah berada di kampus...

ada satu lagi yang aneh....
pada umumnya setiap doktor..
kalo ngasih "tahdid" pasti langsung sekalian banyak...

tapi ketika pelajaran engkau....
mmmmmm....
sekali lagi...
aku bener2 tidak habis pikir...
emang engkau bener2 mahir...
engkau buat sedemikian rupa planning yang matang...
bagaimanakah menarik perhatian mahasiswa dlm kedisiplinan..???

sekali lagi aku bersyukur..
terimakasih....

Dr. Abdul Ghoni Mahmud

hari ini ada "tahdid" :

"mahduf" halaman 412-414 dari 592 halaman...

aku hanya bisa berdoa...
s'moga ini bukan akhir dari tahdid yang engkau buat...
tapi...
syukron katsiron ya Dr. Abdul Ghoni Mahmud....!!!

4/10/2008

Jalan Menuju Hatimu

Banyak jalan menuju ke Roma....
mungkin itu kata-kata yang tepat buat kamu...

kamu yang selalu jadi pujaanku...
kamu yang selalu menjadi impianku...
kamu yang selalu menemani mimpi-mimpiku...
banyak jalan pula menuju hatimu...

aku tidak memandang raut wajahmu....
aku tidak memandang kekayaanmu...
dan aku juga tidak memandang latar belakangmu..

akan tetapi...
aku melihat dirimu dari sisi yang laen....
aku mengetahui itu....
aku melihat dari kesempurnaanmu....

tidak ada yang sempurna...!!!

mungkin sebuah ungkapan yang salah....
karena kita berdua adalah sempurna...
karena kita saling melengkapi...
ketika ku kurang...
kamu selalu hadir untuk melengkapinya...
begitupun sebaliknya....

aku bahagia dengan semua....
aku merasakan laen dari semua ini...
sebuah kebahagiaan yang selam ini ku impikan...
ternyata hanya kutemukan padamu seorang...

senyummu.....!!!
aku suka itu....
dengan itu aku bisa lebih merasa betapa bahagia hidupku...

perilakumu...!!!
aku nerima itu,....
kamu terlalu sopan padaku....
hingga tiada kata untuk menegurmu...

cemberutmu...!!!
aku kangen itu...
tanpa cemberutmu....pasti aku lupa akan hakekat hidup ini...

tangisanmu...!!!
aku pengen itu...
karna dengan itu...aku bisa berfikir maju...

ketawamu...!!!
aku senang itu....
karna itu...aku bisa bahagia...

kamu ...!!!
cinta tulusku...
karna ini tulus dari hatiku...

kamu begitu sempurna bagiku...
aku terpesona akan semua yang hadir dari kamu..
kamu yang terlalu unik bagiku...
hingga aku gak tahu...
dari manakah arah cinta ini padamu...

Pemberitahuan penting kesehatan

Kurangi TEHyangkamu konsumsi
Jangan membiasakan memakan roti yang telah dipanggang.
Jaga jarakmu dari telepon genggam DALAM KONDISI DI CHARGE
minum banyak AIRpagi hari, kurangi minum pada malam hari
Jangan meminum kopi DUA KALI satu hari
Kurangi makanan BERMINYAKyang kamu konsumsi
Waktu tidur terbaik dari 10pm pada malam hari ke 6am pagi-pagi
Jangan makan BESAR setelah 5pm
Jangan mengambil alkohol lebih dari satu gelas / cangkir satu hari
Jangan meminum pil dengan air DINGIN
Jangan langsung berbaring setelah minum obat disaat sebelum tidur

tidur KURANG dari 8 jam dapat mempengaruhi kesehatanmu
Orang-orang yang terbiasa tidur sebentar tidak akan mudah menjadi tua

Ketika baterai LOW, jangan menjawab telpon, radiasi yang dihasilkan bisa 1000 kali
Jawab telpon dengan telinga KIRI
Ini akan merusak otakmu secara langsung jika mempergunakan telinga kanan
Jangan mempergunakan headphone / penyuara kuping dalam jangka waktu yang LAMA
Rehatkan telingamu sebentar setelah 1 jam

Forward ini ke rekan kamu, jika kau sayang padanya.

Mensinergikan Ulama dan Umara

Mendudukkan agama(ulama) dan pemerintah(umara) dalam sebuah bingkai tatanan dan sebuah sistem yang terpadu bukanlah pekerjaan yang mudah. Dalam diskursus perpolitikan, dua buah entitas tersebut selalu berada dalam ketegangan yang berujung pada perdebatan yang rumit sepanjang sejarah manusia. Bermacam wacana tentang kedaulatan muncul dari arena perdebatan kedua elemen penting dalam bermasyarakat tersebut.
Ada paham teokrasi, yang menyatakan kedaulatan penuh ditangan Tuhan. Faham ini menginginkan agar Tuhan(yang termanifestasi dalam bentuk golongan “elit agama” ) yang menyelesaikan berbagai macam realitas, termasuk negara. Pengelolaan sebuah negara harus murni bersumber dari teks-teks suci tanpa ada andil nalar manusiawi. Faham ini bersumber dari faham teosentrisme yang mengatakan bahwa Tuhan adalah pusat segala sesuatu. Muncul kemudian faham demokrasi yang menuding faham teokrasi telah menuhankan golongan elit agama, mereka buta dan acuh terhadap berbagai realita bahwa manusialah yang lebih berhak mengatur dirinya sendiri, toh Tuhan juga menganjurkan penggunaan nalar untuk mengejawantahkan berbagai tema langit yang sulit untuk dicerna termasuk dalam hal bernegara. Faham ini melihat bahwa manusialah yang harus menjadi pusat. Bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat merupakan keputusan yang tidak bisa diganggu gugat. Dalam teori ini agama dipandang sebagai urasan pribadi yang tidak boleh diseret kedalam ranah publik. Bahkan negara harus bisa “menjinakkan” agama agar tidak mengintervensi wilayah publik.
Melihat kedua faham diatas yang saling menafikan satu dan lainnya, Abu al A’la al Maududi datang dengan membawa faham yang ingin menyandingkan kedua faham diatas, teori yang kemudian dikenal dengan teo demokrasi ini secara sederhana adalah faham kedaulatan yang berada ditangan Tuhan dan manusia sekaligus. Meskipun sebuah negara yang dalam pengelolaannya berada dalam hak penuh rakyat (manusia) namun ia tidak bisa terlepas dari nilai-nilai agama yang telah ditetapkan oleh tuhan dan apabila ada petentangan yang terjadi antara keduanya maka pendapat Tuhan harus dikedepankan dengan keyakinan bahwa ada hikmah diluar nalar manusia yang tidak bisa terjangkau. Hal ini menunjukkan bahwa teori yang dibawa Maududi belum bisa menjadi penengah antar kedua faham sebelumnya, karena teo-demokrasi lebih cenderung kepada teokrasi.
Meski ketiga teori diatas tampak sederhana, namun dalam tataran praktis terdapat beragam kerumitan yang tidak mudah terselesaikan. Karena kecenderungan masing-masing paham untuk menginterfensi satu sama lain. Maka disini dibutuhkan sebuah kerangka berfikir yang utuh dan bijak agar keduanya bisa tertampung secara proporsional, agar umat manusia bisa keluar dari segala macam masalah dan musibah. Menghapus unsur manusiawi dalam bernegara merupakan sebuah kenaifan dan sikap pesimis berlebih, karena hal tersebut sama saja dengan menegasikan eksistensi manusia sebagai objek dalam bernegara. Demikian pula sebaliknya, amat sombong bila manusia dengan berbagai kelemahan dan keterbatasannya ingin menyelesaikan segala realitas kehidupan dengan daya nalarnya tanpa memberikan porsi bagi sang pencinta nalar tersebut. Lantas bagaimana kita (umat Islam) menyikapi hal tersebut? Haruskah kita libatkan agama dalam ranah politik dan meniggalkan negara untuk meneguhkan agama? Ataukah ada cara untuk memadukan keduanya? Kalau ada apakah batasan-batasannya?
Dewasa ini banyak umat Islam yang berfikir bahwa jika aspek politik bisa direbut oleh gerakan Islam tertentu, maka akan selesailah masalah umat. pendapat ini bisa dibilang sebagian benar tapi kurang sempurna. memang kekuasaan politik adalah bagian penting dari permasalahan umat. karena daulah merupakan pendukung perkembangan agama. Ini tidak hanya dibuktikan oleh Islam, namun juga agama-agama lain. Sebagai contoh mari kita lihat agama Kristen yang berkembang dengan demikian pesatnya di Eropa tak bisa dipungkiri merupakan jasa besar Kaisar Konstantin yang mengeluarkan dekrit 'edict of milan' dan Kaisar Theodosius yang kemudian menjadikan Kristen sebagai agama resmi negara Romawi. Demikian pula halnya dengan agama Budha yang tidak terlepas dari campur tangan Raja Ashoka. demikian pula dalam agama-agama lain, sulit untuk memisahnya dengan kekuasaan, sama halnya dengan ideologi, ideologi juga tak lepas dari campur tangan penguasa (contoh: marxisme, kapitalisme, sosialisme dsb), Eksistensi dan perkembanganya sangat ditopang oleh kekuasaan. Komunisme kehilangan pamor setelah Sovyet runtuh. kapitalisme juga 'sepertinya' akan sulit meneguhkan eksistensinya jikalau suatu saat Amerika ambruk mengikuti jejak Sovyet.
Tapi, perlu kita catat disini, bahwa kekuasaan bukanlah segala-galanya. Sejarah mencatat banyak pemikiran, keyakinan, attitude dari masyarakat yang tidak sejalan dengan penguasa. Peran ulama disamping umara (kekuasaan) juga memegang peranan yang tak kalah pentingnya, keduanya harus diselaras-harmonika n. Para aktivis politik harus mempunyai pemahaman yan benar tentang agama (Islam). Jika tidak mereka nantinya akan menjadi perusak Islam yang signifikan. Jadi -menurut saya- tidaklah benar apabila dalam perjuangan Islam kita mengabaikan salah satu aspek kehidupan. Kesemuanya harus pada posisi masing-masing secara proporsional. Itulah namanya adil. Contoh riil adalah teladan baginda rasul SAW yang memulai dakwah dengan aspek ilmu, memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat tentan konsep-konsep dasar dalam Islam. Afkar(pondasi pemikiran) mafahim(pemahaman) maqayis (standar-standar nilai) dan 'ketundukan' yang Islami ditanamkan secara kokoh kepada para sahabat waktu itu. Akhirnya mereka bisa tampil sebagai sosok ulama-cendekiawan yang handal dalam berbagai bidang kehidupan. Bisa dibuka lembaran sejarah bagaimana hebatnya argumentasi Ja'far bin Abi Thalib ketika berdebat dengan raja najasyi dan kafir quraisy di Mekah. Ja'far yang terjepit dan terdesak oleh serangan kafir minta perlindungan raja najasyi yang kristen, beliau mampu menguraikan argumen yang canggih seputar masalah Kristen dan Isa yang menjadi titik sentral kontroversi dalam Islam dan Kristen.
Jadi kesimpulan yang bisa diambil, dalam menghadapi problematika saat ini kita harus bijak, dan bisa mensinergikan berbagai aspek; keilmuan, kejiwaan, kebendaan dan lainnya. Jadi kekuasaan bukanlah satu-satunya sarana (tapi bukan berarti harus menafikan secara mutlak atau mengurangi esensinya yang signifikan), harus ada sinergi antara 'ulama-umara' sehingga kaum muslim bisa kembali mengukir kejayaannya.
wallahu a'lam.