4/15/2008

Kian Dekat ke Kloning Manusia

Kekhawatiran bahwa para ilmuwan akan mengkloning manusia tampaknya kian menemukan momentum. Paling tidak, kekhawatiran seperti itu mencuat lagi belakangan. Pemicunya adalah teknik kloning baru yang dikatakan lebih sederhana dan efisien daripada teknik kloning domba Dolly.

Para ilmuwan yang memanfaatkan prosedur tersebut untuk menciptakan bayi tikus membuktikan bahwa teknik itu jauh lebih efisien. Efek sampingnya juga lebih kecil. Karena itu, teknik tersebut dikatakan memungkinkan diterapkan kepada manusia.

Tikus kloning itu diciptakan dengan menyisipkan sel kulit tikus dewasa ke dalam embrio yang dihasilkan dengan teknik bayi tabung (in-vitro fertilization atau IVF). Janin yang dihasilkan ternyata berupa kloning parsial. Namun, ada juga yang kloning penuh, sama seperti Dolly.

Yang jelas, daripada teknik kloning Dolly, teknik baru itu sedemikian simpel dan efisien. Karena efisiennya, banyak orang khawatir teknik tersebut akan diselewengkan oleh dokter bayi tabung untuk membantu pasangan mandul yang sangat mendambakan keturunan biologis sendiri.

Seorang ilmuwan bahkan mengatakan, kemungkinan menerapkan teknik itu pada manusia kini sedemikian riil sehingga tidak boleh diabaikan. "Itu tidak etis, juga tidak aman. Tapi, seseorang bisa saja melakukannya sekarang," ucap Robert Lanza, chief scientific officer dari Advanced Cell Technology, sebuah perusahaan bioteknologi di AS.

Dia menambahkan, kloning manusia memang belum pernah dilakukan. Namun, dengan teknik baru itu, kini para ilmuwan punya teknologi untuk memproduksi seorang anak. Dengan terobosan tersebut, siapa saja sekarang, tua atau muda, subur atau mandul, gay atau lesbian, bisa memasukkan gen mereka kepada seorang bayi dengan menggunakan sedikit sel kulit mereka.

"Jadi, secara instan, kita bisa mengambil sel Albert Einstein atau siapa saja di dunia. Lalu, Anda bisa mengatakan anak tersebut 10 persen atau 70 persen Albert Einstein hanya dengan menginjeksikan beberapa sel mereka ke embrio," ungkapnya.

Teknik tersebut melibatkan pemrograman ulang informasi genetik sel kulit sehingga diperoleh kondisi seperti embrio. Tahun lalu, saat terobosan itu pertama dipakai pada sel kulit manusia, para ilmuwan menerima pujian. Gereja Katolik dan Presiden George W. Bush mengatakan secara moral bisa menerima cara memproduksi sel-sel bakal embrio tanpa harus menciptakan atau menghancurkan embrio manusia.

Eksperimen atas tikus itu menunjukkan bahwa kini sangat mungkin mengambil sel kulit manusia, memprogramnya ulang hingga kembali ke kondisi saat embrio, lalu menyisipkan kepada embrio manusia. Anak yang dilahirkan akan memiliki gen orang yang memberinya jaringan kulit plus gen yang didapatkan oleh janin dari kedua orang tuanya.

Muncullah chimera, gabungan genetik dua atau lebih manusia. Secara teknis, anak itu memiliki tiga orang tua biologis. Chimera manusia bisa terjadi secara alamiah saat dua embrio menyatu di dalam kandungan. Biasanya, bayi seperti itu normal dan sehat. "Tak ada alasan untuk mengatakan bahwa chimera manusia yang dihasilkan dengan teknik tersebut akan tidak sehat," tutur Lanza.

Sampai di situ, lanjut Lanza, belum ada hukum yang mengatur makhluk tersebut. Ironisnya, kalangan gereja, juga para penentang pemakaian sel bakal (stem cell) embrio, menganggap teknologi itu hebat karena bisa menghasilkan sel induk tanpa melukai janin. "Padahal, bisa saja teknologi tersebut akhirnya menjadi mimpi buruk. Sangat mungkin, teknologi baru itu akan bermuara pada munculnya bayi-bayi buatan," tegasnya. (The Independent/erm/soe)

Tidak ada komentar: