9/15/2009

Mencoba Untuk Bernafas


Hariku meragu...
Jalanku pun buntu...

Hari ini aku datang demi mencoba melaksanakan plan B aku, dengan keragu-raguan dan keyakinan bahwa mungkin ini jalan yang terbaik aku mencoba bertanya dan memberikan beberapa alasan dan argumen demi meyakinkan tercapainya keinginanku itu. Dengan khas senyumnya menjawab salamku dan hatiku pun menjadi tenang karena keramah tamahan dia, karena selama ini yang aku kenal tidak ada orang sini yang seramah dia, ketika dia bertanya kepadaku : apa yang kamu butuhkan? Jawabanku yang tenang membuat dia mengerti ap ayang aku maksud, dan bukan sekedari itu saja dia juga mengerti apa yang aku rasakan seakan dia seperti orang tuaku yang kedua. Aku pun cukup senang ketika melihat senyum dia yang ramah dan menanggapi semua keinginanku dengan bijak dan menyentuh.

Ketika dia menjawab : sho'b ya Muhammad... hatiku seakan bergelegar tak menerima jawaban seperti itu, dan membuatku semakin bingung dan bertanya-tanya seperti orang tersesat. Aku hanya bisa menundukkan kepala sambil meratapi dan berfikir bagaimana caranya membujuk dia, lalu akupun memberanikan diri untuk bertanya dengan beberapa alasan supaya dia bisa menerima keinginanku. Dia menatapku tertegun dan mencoba merasakan apa yang aku rasakan dan apa yang aku inginkan, kemudian dengan bijaknya dia mencoba menenangkanku dan memberikan solusi : isal ila mudir ya Muhammad... Akupun terus menemui mudir, akan tetapi jawabannya pun sama : sho'b ya Muhammad... sungguh betapa terpukulnya hatiku ketika mendapat jawaban yang seperti itu, akupun langsung pamit dan menemui orangtua keduaku itu. Dia bertanya kepadaku : izay ya Muhammad? Aku tidak bisa menjawab dan hanya diam sambil merenungi kenyataan itu, kemudian dengan bijaknya dia menasehatiku dengan beberapa nasehat demi meyakinkanku bahwa aku ini bisa....

Akupun pulang dengan pikiran kacau tak menentu karena pro dan kontra harapanku, satu sisi aku ingin begini dan satu sisi aku ingin begitu yang membuat hatiku semakin gundah. Aku mencoba untuk berfikir dan mencoba menerima kenyataan ini disepanjang perjalanan pulangku ke kotamea dengan pemandangan gurun pasir yang terkadang dihiasi perumahan-perumahan elit.

huuuuuh.... bunyi nafas panjangku seakan meyakinkanku, bahwa ini mungkin emang jalan yang harus aku tempuh dan aku perjuangkan, dengan berbagai konsekuensi aku harus bisa mempertanggungjawabkannya karena aku yakin ini jalan terbaikku. Hidup adalah perjuangan demi masa depan karena kita tidak mungkin terus jalan ditempat, kalau kita tidak ingin diditindas oleh masa yang membatasi kita untuk bernafas... Semoga aku bisa melewati semua ini dengan lancar.....

Tidak ada komentar: